Semua ini gara-gara tiket promo. Awalnya kami berencana mudik.
Apalagi ini lebaran pertama kami sebagai suami-istri. Harus mudik. Untuk
bersilaturahmi, sekalian berkenalan kembali, dengan keluarga besar.
Namun semua berubah. Gara-gara garuda.
Awal Mei Garuda mengadakan
GOTF online. Ada diskon redeem point. Diskonnya pun sangat menggiurkan,
72%. Sementara poinku masih cukup banyak, dan akan expired pada 2019.
Dengan prognosa cuti pegawai yang terbatas, maka diskon 72% ini sangat
menggiurkan.
Promo GOTF sudah di-state garuda bahwa tidak akan
ada di periode lebaran. Di awal-awal kami coba cari pun tidak ada promo
redeem. Untuk periode lebaran. Tentu saja maskapai tidak mau buka promo.
Dengan tanpa promo saja orang sudah akan berebut beli tiket, ngapain
dikasih promo. Namun tiba2 saya menemukan 1 rute yang ada promonya.
Hanya 1. Sudah saya cari rute lain, tidak ada. Promo ke Melbourne.
Kami tidak langsung beli. Ada beberapa masalah. Pertama, tentu saja
harus izin orang tua. Empat orang tua, bapak ibu saya dan bapak ibu
mertua. Karena tidak lebaran di rumah. Tidak mudik. Sebuah hal yang
sangat tabu bagi orang Indonesia. Terutama orang Jawa. Yang
mengharuskan sungkeman, meminta maaf ketika lebaran. Pada orang tua
saudara dan tetangga. Namun alhamdulillah orang tua kami cukup terbuka.
Tidak kolot. Boleh izin untuk tidak mudik. Tentu dengan catatan. Ibadah
harus dijaga.
Masalah kedua adalah Australia. Karena honeymoon
pertama kami dulu kami sudah kesana. Kotanya pun sama, Melbourne.
Namun, faktor pendukung adalah tidak perlu visa. Karena kami sudah
digranted. Dengan multiple visa. Selama 3 tahun. Pemerintah Australia
pintar, tahu kalau kami suka jalan. Jadi dikasih 4 tahun. Agar
sering-sering balik kesana. Dan dapat devisa. Tapi mungkin mereka lupa
bahwa kami pelancong irit. Yang tidak akan membelanjakan uang banyak
disana.
Dengan solusi tersebut, kami putuskan untuk beli
tiketnya. Dengan diskon redeem. Dari awalnya butuh 70.000 poin PP.
Menjadi hanya 19.500 poin PP.
Namun masalah berikutnya muncul.
Bila berangkat dari Jakarta, rupiah yang harus dibayar masih 3,8juta PP.
Ternyata ada solusi, yaitu berangkat lewat Kuala Lumpur. Lalu ke
Jakarta. Baru ke Melbourne. Rutenya muter jauh. Namun uang yang perlu
dibayar lebih sedikit. Hanya 300-an ringgit. Alias 1 jutaan rupiah.
Sementara tiket ke Kuala Lumpur 700ribuan. Dengan prinsip ekonomis, kami
memilih berangkat lewat Kuala Lumpur.
Kami pun ambil tiket berangkat 9 Juni dan pulang 24 Juni. Pas banget. Dengan libur pemerintah. Ditambah cuti 2 hari.
Lalu, mau ngapain ke Australia ? Kan sudah pernah ke melbourne dan
sydney ? Kami sudah rencanakan ini : Road Trip Australia. Sewa Camper
Van. Apa itu ? Mobil semacam toyota Hi-Ace yang dimodif. Bagian belakang
dibikin tempat tidur. Juga dapur. Sehingga pelancong bisa tidur di
mobil. Di alam liar. Atau di pinggir jalan.
Rutenya legenda para road trip traveller : Pasific Coast. Kami ambil dari Brisbane menuju Sydney. Selama 12 hari.
Perjalanan ini pasti melelahkan. Menyetir setidaknya 2.500 Km. Atau
setara Jakarta-Surabaya. Lalu Surabaya-Jakarta. Terus balik lagi ke
Surabaya. Dengan berhenti di tengah jalan. Menikmati alam. Masak di
jalan. Selama 12 hari.
Kami pun membawa misi : mengunjungi masjid
selama road trip. Sebisanya. Kalau ada. Saya selalu coba mengunjungi
masjid baru selama melancong. Dan sholat disitu. Supaya mengenal budaya
muslim negara lain. Agenda iktikaf di beberapa masjid Australia sudah
kami rencanakan. Agar dapat berkenalan dengan muslim lain. Serta bisa
berlindung dari dinginnya musim dingin Australia. Juga, siapa tahu, bisa
mendapatkan buka dan sahur. Dengan gratis (^,^).
*Nantikan update cerita perjalanan roadtrip ini.
Semarang, 9 Juni 2018.
Share This :
0 Comments